Deny

Written by Sunflowinter ©2021

[TREASURE] Park Jihoon

.

.

Tahan… tahan….

Tidak boleh membuka kakao talk. Tidak boleh. Biar dia yang pertama menghubungi. Memangnya aku perempuan macam apa? Aku punya prinsip tidak akan pernah bilang ‘kangen’ duluan. Enak saja. Tapi….

Dia ke mana?! Kok, tumben tidak ada kabar sampai jam segini?

Dia tidak selingkuh, kan?

Sesibuk-sibuknya kerja pasti tidak akan kelupaan kalau dia sudah punya pacar, kan?

Tahan… tahan….

Tetetoreeeeet! Tetetoreeeet! Tung tung trataktaktak!

Kaget. Untung ponselku tidak refleks kulempar ke lantai.

Diamkan dulu 7 detik, setelah itu baru diangkat.

“Halo?” (dengan nada sok malas).

“Halo, kamu lagi apa?”

“Ngerjain tugas lembur.” (padahal daritadi cuma marathon netflix sambil menggenggam hape berharap kamu segera menelepon!).

“Sudah makan?”

“Belum.” (memang belum, dan kamu harus membujukku, Jihoon!)

“Mau samgyetang? Di Itaewon ada warung samgyetang yang baru buka.”

“Males.” (Mau! Aku mau samgyetang pedas!).

“Perempuan nggak boleh males, nanti suaminya botak. Emangnya mau aku jadi botak?”

“Kamu ini dibilangin aku lagi males.” (Tidak, Ji, aku sama sekali tidak males! Kamu jangan percaya. Aku lapar! Lagi pula kalau kamu botak, aku bisa beli minyak penumbuh rambut!).

“Yaudah, aku mau makan sendiri aja. Nanti aku fotoin, ya, samgyetang-nya biar kamu kepingin.”

Lho kok gitu?! Malah aku bakal diiming-imingi?!

Sebenarnya selain ingin samgyetang, aku juga kangen. Dasar. Masa tidak mau membujuk biar aku keluar rumah dan bisa ketemu?!

“Bercanda. Siap-siap, ya, lima belas menit lagi aku sampai.”

“Jihoon.”

“Ya?”

“Nggak jadi.”

“Kalau nggak jelas begini berarti lapernya udah level mythic. Sabar, ya. Jangan pingsan dulu.”

Bagaimana caranya bilang kangen secara elegan? Bagaimana orang-orang bisa menyampaikan perasaannya hingga tidak sampai uring-uringan sepertiku?

“Jihoon?”

“Ya?”

“Aku… kang… A-ANU, POKOKNYA CEPETAN! AWAS KALAU LAMA! KAMU, KAN, TAU SENDIRI AKU RESE’ KALAU LAGI LAPER!”

Ada tawa di sana. “Kamu kalau marah-marah nanti aku nggak jadi kangen. Aku puter balik motor dan beneran makan sendiri di Itaewon.”

“Iya, iyaaaa.”

Maaf, ya, Ji, karena mesti kamu duluan yang harus bilang. Padahal, sepertinya, aku punya stok kangen yang lebih banyak.

Saking banyaknya sampai aku tidak tahu bagaimana mengatakannya.

Dan sekarang aku semakin lapar. Aku mau samgyetang pedas!

[fin]

meanwhile jihoon : hmmm dasar cewek. untung aing udah apal sama kode sandi rumput